Monday, March 4, 2013

Urgensi Universitas Korporasi



Urgensi Universitas Korporasi (Corporate University).
 
Pendahuluan

UniversitasKorporasi (Corporate University),  sebagai ide yang mulai dikenal pada dua dasa warsa silam tumbuh atas tuntutan kebutuhan para eksekutif yang sibuk dan ingin belajar untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya.  Tuntutan untuk belajar   merupakan suatu trend baru sebagai akibat dari era informasi. Karena diera ini, lingkungan kehidupan organisasi dan manajer termasuk perguruan tinggi dan universitas  dipenuhi oleh berbagai informasi yang muncul dan tersebar begitu cepat. Oleh karena itu, mereka dituntut untuk senantiasa menanggapi dan beradaptasi (responding and adapting) mengikuti perkembangan serta perubahan yang berlangsung begitu cepat.[1]
Era ini sangat berbeda dengan era sebelumnya, sehingga pola pikir dan paradigma yang digunakan mesti diganti dengan paradigma baru. Peter F.Drucker menyebut zaman sekarang dengan istilah “the age of discontinuity”, yakni suatu zaman dimana kita menghadapi berbagai gelombang perubahan fundamental yang memutar balikkan pemikiran tentang manajemen. Handy Tjiptono menyebutnya sebagai “upside-down thinking”.[2]
Ada empat asumsi yang merupakan gambaran dari lingkungan perguruan tinggi dan universitas dewasa ini, yakni:
Ada empat asumsi yang menjelaskan tentang lingkungan tempat suatu perguruan tinggi berada, yakni:
1. Kondisi lingkungan dan peraturan tentang lingkungan hidup yang berubah begitu cepat;
2. Perobahan tersebut lebih cepat dari era sebelumnya;
3. Perobahan tersebut akan semakin pesat seiring dengan perjalanan memasuki abad ke 21.
4. Sensitifitas perobahan dan implikasinya terhadap perguruan tinggi mesti diantisipasi sejak dini.[3]
Implikasi dari perobahan lingkungan tersebut memaksa organisasi baik Bisnis maupun Pendidikan untuk merubah strategi dan meredefinisi kembali  proses, struktur, kultur dan program organisasinya secara fundamental, dengan menggunakan paradigma baru.
 Dalam konteks ini, perguruan tinggi dan universitas perlu melakukan tranformasi dan reformasi pada aspek layanan yang diberikan kepada pelanggannya.  Dalam rangka transformasi tersebut, setiap perguruan tinggi dan universitas dituntut untuk menghasilkan out-put dengan sejumlah karakteristik, yakni: kritis dan berprestasi akademik, berjiwa wiraswasta, kreatif dan mandiri (mampu belajar untuk belajar), melek teknologi dan internet savvy, menguasai lebih dari satu bahasa Internasional, berkemampuan tinggi dalam komunikasi antar pribadi,  memiliki pemahaman cross-cultural, mampu memimpin, mampu merancang sendiri jalur karir yang diharapkan (employability), etis dan memiliki standar moral yang tinggi.[4]
             
Kontroversi penyelenggaraan Universitas Korporasi (Corporate University).
Seperti dijelaskan oleh penulis artikel ini bahwa salah satu bentuk atau nama lain dari Universitas Korporasi (Corporate University) adalah Universitas Virtual (The Virtual University). Beberapa ahli dan pengamat perguruan tinggi dan universitas menemukan beberapa masalah yang menjadi plus-minus dari praktek Universitas Korporasi (Corporate University) atau Universitas Virtual, yakni:
1.      Persoalan manajemen waktu;
2.      Kualitas proses pembelajaran;
3.      Biaya penyelenggaraan;
4.      Psichological danger.[5]
Persoalan manajemen waktu, berkaitan dengan kedisiplinan mahasiswa untuk mengikuti program pembelajaran di kampus atau di rumah atau di kantor. Hal ini membawa dampat terhadap kualitas proses pembelajaran karena kurangnya tatap muka antara mahasiswa dengan dosen untuk melakukan diskusi dan pengkajian terhadap materi kuliah. Biaya penyelenggaraannya cukup mahal, karena setiap mahasiswa harus menyediakan komputer, telepon , dan modem internet, untuk dapat mengakses setiap informasi dan ilmu pengetahuan yang di ajarkan oleh kampusnya. Karena kurangnya, porsi tatap muka antara mahasiswa dengan dosen maupun sesama mahasiswa, ini akan menimbulkan kurangnya sosialisasi, interaksi dan komunikasi diantara mereka. disamping itu pemanfaatan peralatan elektronik dapat mengurangi kualitas relasi antar pribadi. Ini akan berdampak pada sulitnya membentuk lulusan yang kritis, etis, bermoral dan berjiwa sosial. Beberapa pengamat sosial seperti Posman, mengatakan bahwa universitas virtual kehilangan sentuhan kemanusiaan.
Para penyelengara Universitas Korporasi (Corporate University) atau Universitas Virtual, berusaha mengeliminir dampak tersebut dengan berbagai cara. Beberapa cara yang sering dilakukan adalah, pertemuan seluruh mahasiswa dan dosen secara berkala. Biasanya di selenggarakan pada saat awal tahun akademik, penyerahan tugas, dan akhir tahun akademik. Dengan demikian akan tercipta komunikasi dan pembauran sesama mahasiswa atau dengan dosen.

Kesimpulan
Dari ulasan tersebut, baik pada bagian pertama maupun bagian kedua, dapat ditarik kesimpulan tentang Universitas Korporasi (Corporate University). Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
Ø  Universitas Korporasi (Corporate University) dapat didefinisikan sebagai bentuk penyelenggaraan pendidikan yang mengintegrasikan prinsip-prinsip bisnis dan pendidikan dalam satu institusi.
Ø  Beberapa nama yang merupakan sinonim dari Universitas Korporasi (Corporate University) adalah: organisasi pembelajar (the learning organization), perusahaan pembelajar (the learning company), universitas virtual (the virtual university), sekolah pengembangan profesi berkelanjutan (the school of continuing professional development), sekolah korporasi untuk manajemen (the corporate school of management), dan manajemen korporasi (the corporate management).
Alasan logis dari kelahiran dan perkembangan Universitas Korporasi (Corporate University) adalah kebutuhan para eksekutif dan manusia secara umum untuk senantiasa belajar.


[1] Marvin, op. cit.,  p. 3
[2] Fandy Tjiptono, dan Anastasia Diana,  Total Quality Management, (Yogyakarta: Andi, 2000), p. 376.
[3] Ralph G. Lewis, and Douglas H. Smith,  Total Quality in Higher Education,  (Florida: St. Lucie Press, 1994), p. 2
[4] Fandy, op. cit,  p. 396-397.
[5] Ibid, pp. 398-402.

No comments:

Post a Comment