Perkembangan
dalam Teknik Pengambilan Keputusan.
Pada
awalnya, manusia adalah mahluk yang pasrah dalam berhadapan dengan alam
semesta. Kreatifitas berpikir sangat rendah,
dan tidak terlatih untuk memecahkan masalah. Setelah sekian lama berlalu,
manusia mulai mengenal metode berpikir ilmiah yang bersifat rasional, dan
radikal. Cara berpikir ini kemudian dijadikan sebagai dasar dalam memecahkan
masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa
pakar organisasi dan administrasi mengembangkan metode pemecahan masalah
berasal dari teknik berpikir ilmiahnya John Dewey. Ini artinya bahwa metode
berpikir ilmiah merupakan dasar dan memberikan inspirasi bagi metode pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan. Penggunaan logika dan metode berpikir
rasional dalam pengambilan keputusan menjadi unsur penunjang keunggulan suatu
organisasi bahkan suatu negara dalam
berkompetisi dengan organisasi atau negara lainnya. Salah satu contoh
terkenal karena dipakai dalam perang dingin anatara Amerika Serikat melawan
Uni-Sovyet adalah model aksi rasional (Rational Actor Model disingkat
RAM).
Rasional
yang dimaksud dalam konteks ini merujuk pada konsistensi, maksimalisasi pilihan
nilai dalam kondisi tertentu. Langkah yang ditempuh dalam proses mengambilan
keputusan berdasarkan model ini adalah:
v
Penentuan tujuan. Ini didasarkan
atas manfaat dan selera yang ditentukan oleh pembuat keputusan (aktor).
v
Alternatif. Pembuat keputusan
(aktor) mengembangkan berbagai alternatif
sebanyak-banyaknya untuk mencapai tujuan.
v
Konsekwensi (Consequences). Pembuat
keputusan (aktor) mempertimbangkan setiap akibat yang menyertai setiap
alternatif.
v
Memilih (choice). Pembuat keputusan
memilih salah satu dari sekian
alternatif dengan pertimbangan jatuh pada yang memberikan manfaat (utility)
yang tinggi.[1]
Pada
perkembangan selanjutnya, berkat
perkembangan ilmu matematika, metode pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
menjadi semakin maju. Hal ini terutama di terapkan pada organisasi bisnis,
yakni metode kuantitatif dalam pemecahan masalah. Kemajuan spektakuler dicapai ketika teknologi komputer berkembang
begitu pesat sehingga dapat membantu dan diterapkan dalam teknik-teknik
memecahkan masalah.
Pemanfaatan
komputer dalam pemecahan masalah organisasi sangat membantu para manajer.
Pemanfaatan komputer berbentuk sebuah sistem informasi yang dienal dengan
istilah Computer-Based Information System (CBIS). Beberapa aplikasi yang ada di
dalam model CBIS adalah sebagai berikut:
v
Accountancy Information system;
membantu manajer dalam mengabil keputusan di bidang keuangan;
v
Sistem informasi manajemen
(Manajemen Information System); merupakan sistem jaringan informasi perusahaan
dengan alat komputer yang menyediakan jasa informasi kepada para penggunanya
terutama pengambil kebijakan dalam bentuk laporan, model simulasi matematika,
seperti graphik, dan tabel. Ini lebih komprehensih dalam membantu dan
meringankan tugas-tugas manajer.
v
Sistem pendukung keputusan
(Decision Support System); Model ini mirip dengan sistem informasi manajemen
(Management Information System), yakni sama-sama memiliki data based, laporan,
dan model matematika. Ini merupakan pengembangan dari bentuk MIS.
v
Kantor maya (Virtual Office);
Sistem ini merujuk pada suatu praktek organisasi yang menempatkan kantornya
pada dunia maya atau pada jaringan komputer setiap anggotanya. Sehingga setiap
aktivitas komunikasi dan pengambilan keputusan dilakukan melalui media. Komputer
adalah alat yang sangat berperan. Manajer tidak perlu menggelar rapat untuk
mendiskusikan pemecahan suatu masalah dan pengambilan keputusan. Proses
komunikasi dan tukar menukar informasi dapat dilakukan setiap saat dan dimana
saja tanpa terikat oleh waktu dan tempat.
v
Sistem berbasis ilmu pengetahuan
(Knowledge-Based System). Sistem ini biasa dikenal dengan istilah sistem ahli
(expert system), dan artificial inteligent. Ini merujuk pada program yang
dimasukkan (install) pada komputer yang dapat menggantikan fungsi tertentu
manusia sesuai dengan program yang dikehendaki. Pada prakteknya ini sangat
memudahkan manajemen, karena dapat mendelegasikan sebagian tugas-tugas
pengambilan keputusan kepada mesin (komputer).[2]
Meskipun
teknik pengambilan keputusan secara kuantitatif dengan pendekatan Rasional maju
pesat, hingga pada penggunaan teknologi mesin komputer, namun bukan berarti
keputusan yang di buat manajer dengan alat tersebut sudah sempurnah, dan bebas
dari salah. Karena faktor determinan yang paling penting adalah manusia yang
menjalankan sistem tersebut. Dan manusia tetap sebagai manusia utuh yang
mempunyai dimensi psikologis disamping rasionalitas. Manusia adalah makhluk
yang tidak serba lengkap. Dan sebagai manusia, maka manajer dalam menentukan
kebijakan atau memecahkan masalah akan dipengaruhi pula oleh faktor-faktor
psikologis. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya batasan dalam penggunaan
rasionalitas (limit of rationality).[3]
Keterbatasan Rasionalitas seperti dikemukakan oleh Simon, adalah sebagai
berikut:
1.
Rasionalitas memerlukan pengetahuan
yang lengkap dan antisipasi terhadap konsekwensi yang akan menyertai pilihan.
Sementara pada kenyataannya pengetahuan tentang konsekwensi selalu bersifat
fragmentatif.
2.
Konsekwensi seperti disebutkan
diatas adalah hal yang akan terjadi dimasa yang akan datang, sehingga imajinasi
diperlukan untuk melengkapi keterbatasan
pengalaman.
3.
Rasionalitas memerlukan pilihan
(choice) dari beragam alternatif perilaku. Pada kenyataannya, hanya sedikit
altenatif yang dapat di pikirkan oleh akal manusia.[4]
Dengan
kenyataan tersebut maka pengambilan keputusan memerlukan lingkungan psikologis
yang kondusif. Lingkungan psikologis (psychological environtment) turut
menentukan pilihan seorang manajer dalam proses pengambilan keputusan.
Kesimpulan
Dari
berbagai uraian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal yang penting, antara
lain sebagai berikut:
1.
Pengambilan keputusan dan manajemen
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, peran seorang
manajer yang utama dan penting adalah mengambil keputusan. Sementara tugas
lainnya yang bersifat operasional dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak lain atau menyerahkan kepada
tenaga kerja rendahan atau buruh.
2.
Agar pengambilan keputusan mencapai
hasil yang baik, maka perlu dilakukan langkah-langah yang sistematis, dan
dengan menggunakan alat dan perangkat teknologi, untuk leih mempermudah,
mempercepat dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Salah satu perangkat yang
sering digunakan untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah adalah komputer. Sistem ini biasa dikenal dengan istilan
‘Computer-Based Information System (CBIS)’.
3.
Meskipun menggunakan berbagai
pendekatan yang bersifat kuantitatif, dan rasional, namun lingkungan psikologis
pengambilan keputusan dangat mepengaruhi hasil kaputusan yang diambil. Hal ini
karena adanay keterbatasan rasionalitas yang biasa di kenal dengan istilah
‘bounded rationality, atau limit of rationality.
No comments:
Post a Comment