Thursday, March 21, 2013

Perilaku Administasi 4

Perkembangan dalam Teknik Pengambilan Keputusan.

Pada awalnya, manusia adalah mahluk yang pasrah dalam berhadapan dengan alam semesta. Kreatifitas berpikir sangat rendah, dan tidak terlatih untuk memecahkan masalah. Setelah sekian lama berlalu, manusia mulai mengenal metode berpikir ilmiah yang bersifat rasional, dan radikal. Cara berpikir ini kemudian dijadikan sebagai dasar dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa pakar organisasi dan administrasi mengembangkan metode pemecahan masalah berasal dari teknik berpikir ilmiahnya John Dewey. Ini artinya bahwa metode berpikir ilmiah merupakan dasar dan memberikan inspirasi bagi metode pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Penggunaan logika dan metode berpikir rasional dalam pengambilan keputusan menjadi unsur penunjang keunggulan suatu organisasi bahkan suatu negara dalam  berkompetisi dengan organisasi atau negara lainnya. Salah satu contoh terkenal karena dipakai dalam perang dingin anatara Amerika Serikat melawan Uni-Sovyet adalah model aksi rasional (Rational Actor Model disingkat RAM). 
Rasional yang dimaksud dalam konteks ini merujuk pada konsistensi, maksimalisasi pilihan nilai dalam kondisi tertentu. Langkah yang ditempuh dalam proses mengambilan keputusan berdasarkan model ini adalah:
v Penentuan tujuan. Ini didasarkan atas manfaat dan selera yang ditentukan oleh pembuat keputusan (aktor).
v Alternatif. Pembuat keputusan (aktor) mengembangkan berbagai alternatif  sebanyak-banyaknya untuk mencapai tujuan.
v Konsekwensi (Consequences). Pembuat keputusan (aktor) mempertimbangkan setiap akibat yang menyertai setiap alternatif.
v Memilih (choice). Pembuat keputusan memilih  salah satu dari sekian alternatif dengan pertimbangan jatuh pada yang memberikan manfaat (utility) yang tinggi.[1]

Pada perkembangan selanjutnya,  berkat perkembangan ilmu matematika, metode pemecahan masalah dan pengambilan keputusan menjadi semakin maju. Hal ini terutama di terapkan pada organisasi bisnis, yakni metode kuantitatif dalam pemecahan masalah. Kemajuan spektakuler  dicapai ketika teknologi komputer berkembang begitu pesat sehingga dapat membantu dan diterapkan dalam teknik-teknik memecahkan masalah.
Pemanfaatan komputer dalam pemecahan masalah organisasi sangat membantu para manajer. Pemanfaatan komputer berbentuk sebuah sistem informasi yang dienal dengan istilah Computer-Based Information System (CBIS). Beberapa aplikasi yang ada di dalam model CBIS adalah sebagai berikut:
v Accountancy Information system; membantu manajer dalam mengabil keputusan di bidang keuangan;
v Sistem informasi manajemen (Manajemen Information System); merupakan sistem jaringan informasi perusahaan dengan alat komputer yang menyediakan jasa informasi kepada para penggunanya terutama pengambil kebijakan dalam bentuk laporan, model simulasi matematika, seperti graphik, dan tabel. Ini lebih komprehensih dalam membantu dan meringankan tugas-tugas manajer.
v Sistem pendukung keputusan (Decision Support System); Model ini mirip dengan sistem informasi manajemen (Management Information System), yakni sama-sama memiliki data based, laporan, dan model matematika. Ini merupakan pengembangan dari bentuk MIS. 
v Kantor maya (Virtual Office); Sistem ini merujuk pada suatu praktek organisasi yang menempatkan kantornya pada dunia maya atau pada jaringan komputer setiap anggotanya. Sehingga setiap aktivitas komunikasi dan pengambilan keputusan dilakukan melalui media. Komputer adalah alat yang sangat berperan. Manajer tidak perlu menggelar rapat untuk mendiskusikan pemecahan suatu masalah dan pengambilan keputusan. Proses komunikasi dan tukar menukar informasi dapat dilakukan setiap saat dan dimana saja tanpa terikat oleh waktu dan tempat.
v Sistem berbasis ilmu pengetahuan (Knowledge-Based System). Sistem ini biasa dikenal dengan istilah sistem ahli (expert system), dan artificial inteligent. Ini merujuk pada program yang dimasukkan (install) pada komputer yang dapat menggantikan fungsi tertentu manusia sesuai dengan program yang dikehendaki. Pada prakteknya ini sangat memudahkan manajemen, karena dapat mendelegasikan sebagian tugas-tugas pengambilan keputusan kepada mesin (komputer).[2]
Meskipun teknik pengambilan keputusan secara kuantitatif dengan pendekatan Rasional maju pesat, hingga pada penggunaan teknologi mesin komputer, namun bukan berarti keputusan yang di buat manajer dengan alat tersebut sudah sempurnah, dan bebas dari salah. Karena faktor determinan yang paling penting adalah manusia yang menjalankan sistem tersebut. Dan manusia tetap sebagai manusia utuh yang mempunyai dimensi psikologis disamping rasionalitas. Manusia adalah makhluk yang tidak serba lengkap. Dan sebagai manusia, maka manajer dalam menentukan kebijakan atau memecahkan masalah akan dipengaruhi pula oleh faktor-faktor psikologis. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya batasan dalam penggunaan rasionalitas (limit of rationality).[3] Keterbatasan Rasionalitas seperti dikemukakan oleh Simon, adalah sebagai berikut:
1.    Rasionalitas memerlukan pengetahuan yang lengkap dan antisipasi terhadap konsekwensi yang akan menyertai pilihan. Sementara pada kenyataannya pengetahuan tentang konsekwensi selalu bersifat fragmentatif.
2.    Konsekwensi seperti disebutkan diatas adalah hal yang akan terjadi dimasa yang akan datang, sehingga imajinasi diperlukan untuk melengkapi  keterbatasan pengalaman.
3.    Rasionalitas memerlukan pilihan (choice) dari beragam alternatif perilaku. Pada kenyataannya, hanya sedikit altenatif yang dapat di pikirkan oleh akal manusia.[4]
Dengan kenyataan tersebut maka pengambilan keputusan memerlukan lingkungan psikologis yang kondusif. Lingkungan psikologis (psychological environtment) turut menentukan pilihan seorang manajer dalam proses pengambilan keputusan.
Kesimpulan
Dari berbagai uraian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal yang penting, antara lain sebagai berikut:
1.    Pengambilan keputusan dan manajemen adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, peran seorang manajer yang utama dan penting adalah mengambil keputusan. Sementara tugas lainnya yang bersifat operasional dapat dilakukan dengan bekerjasama  dengan pihak lain atau menyerahkan kepada tenaga kerja rendahan atau buruh.
2.    Agar pengambilan keputusan mencapai hasil yang baik, maka perlu dilakukan langkah-langah yang sistematis, dan dengan menggunakan alat dan perangkat teknologi, untuk leih mempermudah, mempercepat dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Salah satu perangkat yang sering digunakan untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah adalah komputer. Sistem ini biasa dikenal dengan istilan ‘Computer-Based Information System (CBIS)’.
3.    Meskipun menggunakan berbagai pendekatan yang bersifat kuantitatif, dan rasional, namun lingkungan psikologis pengambilan keputusan dangat mepengaruhi hasil kaputusan yang diambil. Hal ini karena adanay keterbatasan rasionalitas yang biasa di kenal dengan istilah ‘bounded rationality, atau limit of rationality.


[1] Philip Zellikow and Graham Allison, Essence of Decision, (New York, Longman, 1999), p. 18.
[2] Raymond McLeod, Jr, Management Information Systems,  (New Jersey, Prentice Hall, 1998),  pp. 327- 399.
[3] Simon, op. cit., p.  93
[4] Ibid., p.  93-94.

No comments:

Post a Comment