KARAKTERISTIK
DAN WUJUD PERILAKU ALTRUISME
Definisi Altruisme
Para ahli
Psikologi sosial mendefinisikan altruisme
melalui dua cara. Pertama,
Altruisme di definisikan sebagai sebutan bagi watak yang cenderung selalu
menolong orang lain. Menurut Krebs adalah ‘kerelaan untuk mengorbankan
kesenangannya sendiri demi untuk melindung orang lain’. Macaulay dan Berkowitz
menyebutkan bahwa Altruisme adalah
perilaku yang cenderung untuk memberikan keuntungan kepada orang lain tanpa
mengharapkan imbalan. Definisi
yang kedua, memandang sebagai perwujudan perilaku dan akibatnya tanpa merujuk pada kecenderungan watak seseorang. Oleh karena
itu, maka altruistik adalah perilaku memberikan
pertolongan kepada orang lain tanpa
melihat niat dari orang yang menolong. Definisi pertama merujuk pada pernyataan internal diri manusia, sementara
definisi kadua melihatnya sebagai suatu perilaku yang mempunyai konsekwensi
tertentu.
Sebagai suatu bentuk perilaku, altruisme mempunyai berbagai
cakupan yang meliputi tujuan dan
aksi (intentions and actions).
Kegiatannya mencakup banyak hal dalam menyokong
kegiatan sosial seperti: derma, pertolongan, kerjasama, pemberdayaan,
yang memberikan keuntungan kepada orang lain tanpa memandang apakah ini
ditujukan untuk orang lain atau tidak untuk apa-apa.
Apa alasan untuk berperilaku altruistik
Berbagai
teori motivasi yang ada sekarang menjelaskan bahwa setiap orang akan berbuat sesuatu dengan tujuan untuk mencapai suatu manfaat
atau tujuan. Hal ini termasuk pada orang altruisme. Meskipun altruisme berbuat
untuk menguntungkan orang lain, tetapi ini juga merupakan pemenuhan kebutuhan
bagi dirinya. Hal tersebut mengantarkan
kita pada ‘paradoks hedonistik’.
Pertanyaan yang paling menarik adalah: jika
suatu perbuatan yang dilakukan untuk memberi keuntungan kepada orang
lain kemudian membawa keuntungan juga bagi dirinya sendiri, apakah ini juga
disebut altruistik? Para ahli psikolog menyatakan bahwa semua perilaku baik yang secara langsung
memberi manfaat pada diri sendiri ataupun
pada orang lain adalah didorong oleh kebutuhan dan kemauan sendiri (inner drives). Dengan demikian maka
perilaku altruisme berasal dari kemauan sendiri yang bersangkutan. Perilaku ini
berhubungan dengan pemenuhan maksud dan tujuan seseorang untuk memberi
keuntungan pada orang lain. Dalam proses
memenuhi kebutuhan tersebut, perilaku tersebut memuaskan individu, tetapi
kebutuhan paling dalam untuk melakukan perilaku altruisme sebagai sumber
perilaku tersebut tidak dapat dipungkiri. Dalam kerangka ini maka pertanyaan
hedonistik paradoks mengenai altruisme ibarat ayam dan telur.
Perilaku
altruisme berasal dari semangat pengabdian (nurturence).
Semangat tersebut menurut ahli psikologi sosial dipengaruhi oleh ‘genetik’ yang
terprogram lebih dahulu. Hal ini banyak terlihat dalam aktifitas sosial. Dimana
setiap orang mempunyuai kecenderungan untuk berbuat baik pada orang yang telah
menolong mereka. hal ini berlaku dalam konteks teman selevel ataupun terhadap
orang yang lebih kaya atau lebih hebat. Dalam hal seseorang tidak dapat
membalas jasa yang diberikan oleh
rekannya, maka ini dapat membangkitkan perasaan tanggung jawab sosial.
Norma tanggung jawab sosial merujuk pada internalisasi keyakinan bahwa menolong
orang lain tanpa mempertimbangkan pembalasannya adalah merupakan keharusan
moral. Kepercayaan seperti ini kemudian melahirkan perilaku altruisme.
Wujud perilaku altruisme.
Berbagai
bentuk perilaku altruistik dapat dipahami dengan membedakannya dengan bentuk
perilaku sombong (egotistic) dalam pemahaman yang berlawanan arah (polar). Hal dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Pada gambar
diatas terlihat dua dimensi yakni perilaku yang menunjukkan perhatian pada
keuntungan atau kerugian orang lain dan prilaku yang menunjukkan perhatian pada
keuntungan atau kerugian diri sendiri. Dalam konteks yang ada pada gambar
diatas, terlihat ada lima bentuk perilaku altruistik dan egotistik.
q Utilitarian/mutual altruism;
perilaku dimana seseorang memberikan keuntungan kepada orang lain dan dirinya
sendiri. Contohnya adalah penjaga losmen (inn-keeper)
q Apathetic egotisme; perilaku dimana seseorang memberikan keuntungan bagi
dirinya tanpa memperdulikan orang lain.
Contohnya adalah pendeta atau pembantu pendeta.
q Hedonistic egotisme; perilaku dimana
seseorang memberikan keuntungan pada
dirinya sendiri tetapi merugikan masyarakat. Contohnya adalah pencuri, teroris
q Genuine moral altruisme: perilaku
dimana memberikan manfaat kepada orang dengan mengorbankan dirinya.
q Vindictive self-destructive egotism;
perilaku dimana merugikan orang lain dan dirinya sendiri.
Apa pentingnya seorang pemimpin mesti altruisme.
Seperti
pembahasan yang lalu, peran pemimpin sangat diharapkan untuk mentransformasi
organisasi yang bersifat status kuo kearah tujuan yang diharapkan. Untuk
kepentingan ini, maka kepemimpinan kharismatik, dapat dilihat pada tiga
tingkat.
Tingkat pertama; seperti telah dijelaskan sebelumnya, pemimpin
menilai lingkungan sekitarnya, dengan tujuan untuk mengetahui aspek defisiensi
dalam status quo, dan menilai potensi yang sesuai dengan sumberdaya organisasi,
keterbatasan, kebutuhan, kemampuan dan aspirasi anggota. Hal ini mengantarkan
pada tingkat
kedua: yakni formulasi dan
artikulasi visi yang ideal yang
berbentuk kesenjangan di status
quo. Akhirnya pada tahap ketiga, pemimpin melakukan upaya tertentu untuk
mencapai tujuan. Sifat dasar dan titik tekan dari ketiga tingkat tersebut
adalah memberdayakan anggota. Oleh
karena itu, perilaku pemimpin pada tingkat terakhir, membuat peserta/anggota
menilai bahwa perilaku pemimpinnya sangat bernilai (trustworthy) dan mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk
merealisir cita-cita organisasi.
Peran
kepemimpinan kharismatik dapat efektif
jika perilaku pemimpin di landasi oleh semangat altruistik. Untuk beberapa hal
pada saat tertentu, adalah memungkinkan bagi seorang pemimpin dimotivasi oleh
satu atau dua kebutuhan seperti berafiliasi, berprestasi dan berkuasa.
Bagaimanapun juga, tanpa mengabaikan berbagai kebutuhan yang mendasari motivasi
manusia, maka efektivitas kepemimpinan sepenuhnya akan ditentukan oleh apakah
perilaku pemimpin diwujudkan oleh
kebutuhan dan ditimbulkan oleh
altruisme.
No comments:
Post a Comment