BERBAGAI ORIENTASI DAN
KECENDERUNGAN BARU DALAM KEPEMIMPINAN
Beberapa
pandangan umum telah membentuk landasan, untuk memandang gejala kepemimpinan
dalam kajian psikologi sosial dan organisasi.
1. Para peneliti dibidang psikologi
sosial dan organisasi telah menerima
kepemimpinan sebagai gejala/fenomena kelompok dan organisasi. Kepemimpinan merupakan fenomena yang diamati
sebagai seperangkat perilaku peran yang
ditampilkan oleh seseorang dalam rangka mempengaruhi dan mengkordinasikan kegiatan anggota kelompok dan organisasi
untuk meraih tujuan yang diharapkan. Orang tersebut dinamakan pemimpin.
Pendekatan dengan cara ini dinamakan pendekatan perilaku (behaviour approach). Sebelum pendekatan ini, kepemimpinan selalu
dipandang berdasarkan pendekatan sifat (traits)
yang memandang bahwa kesuksesan seorang pemimpin disebabkan oleh kepribadian dan sifat-sifatnya. (Cowley,
1928).
2. Kepemimpinan merupakan fenomena
hubungan dan atribusi (relation and
attribution). Artinya keberadaan seorang pemimpin ditentukan oleh
pengikutnya, serta hubungan yang terbangun diantara mereka. Pemimpin itu ada,
karena kekuasaannya diakui oleh pengikutnya.
3. Ketika mengkaji tentang gejala
kepemimpinan , yang dapat di gambarkan adalah
isi dan proses dari kepemimpinan (content
and processes). Isi (content)
menunjukkan tipe perilaku peran
pemimpin, atribut pemimpin, pengikut, dan suasana ketiga gejala itu diamati.
Sementara proses (processes) menunjukkan proses pengaruh psikologi yang
terjadi yang mendasari perilaku pemimpinnya. Pandangan seperti ini
mengantarkan kita pada pandangan bahwa kajian tentang dasar-dasar kepemimpinan
ditentukan oleh tiga faktor yakni pemimpin, pengikut, dan situasi/kondisi.
4. Peran perilaku (behaviour role) seorang pemimpin adalah untuk mempengaruhi secara
langsung sikap dan perilaku pengikut
dalam kontek kelompok dan organisasi.
Pada
perkembangannya, ada tiga orientasi yang berhubungan dengan paradigma kepemimpinan, yakni: pertama
perilaku peran pemimpin (leader role
bahaviour) hal ini dalam berhubungan
dengan anggota organisasinya, yang ditandai oleh perilaku saling percaya, hubungan yang baik
dan terbuka, perasaan sensitif atas
sesama anggota kelompok (Andriessen & Drenth, 1984). Kedua adalah
kontingensi efektifitas kepemimpinan (contingency
of leadership effectiveness) yang menunjukkan bahwa efektiftas kepemimpinan
sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi. Ketiga adalah proses saling
pengaruh pemimpin dan pengikut (leader-follower influence process) yang
banyak menitik beratkan pembahasan pada
bagaimana seorang pemimpin mempengaruhgi bawahannya.
Sehubungan
dengan hal diatas ada model yang dikembangkan oleh Kanurango dan Mendonca tahun
1987, mengenai kepemimpinan yang didasarkan pada kharisma. Model tersebut dapat
dilihat pada bagan berikut:
Perilaku pemimpin Tahap Pertama: Penilaian
lingkungan, kebutuhan pengikut dan realisasi defisiensi dalam status
quo.
Perilaku pemimpin Tahap Kedua: Pembentukan dan artikulasi efektif visi yang
masih terdapat kesenjangan dari status quo,
Perilaku pemimpin Tahap ketiga: Secara pribadi contohnya:risiko, kaunter
budaya, pemberdayaan, membangun kesetiaan pengikut, dan motivasilah mereka
Hipotesis
Hasil:
Hasil
keorganisasian:
q kohesi internal yang kuat;
q konflik internal yang rendah
q konsensus yang tinggi
q nilai keharmonisan yang tinggi
Hasil bagi
pribadi (pengikut):
q keturutsertaan yang tinggi pada sang
pemimpin;
q komitment yang tinggi terhadap
organisasi;
q kinerja pribadi yang tinggi
Kesimpulan
Secara
umum bidang penelitian kepemimpinan mesti dijabarkan baik dalam dimensi isinya maupun prosesnya. Pertama, dalam dimensi isinya, ada keharusan
untuk mengganti dan beralih dari perilaku pengawasan (seperti: pemberian tugas
dan partisipasi) ke bentuk perilaku kepemimpinan (seperti: penentuan visi dan
tujuan, dan pemberdayaan). Kedua dalam fokus penelitian ada yang mesti digeser,
dari kepuasan kebutuhan pengikut ( follower’s
need satisfaction) kebentuk atribusi,
disposisi, dan perseptual dinamis.
Ketiga, perhatian penelitian
perlu diarahkan kembali dari keasikan meneliti perilaku khas yang ada
dalam kelompok kecil tertentu kepada
kajian yang lebih luas konteksnya dimana seluruh pekerjaan dapat
terselesaikan. Hal ini termasuk pula
kajian variabel kebudayaan yang bersifat kontingensi. Sepanjang dimensi proses, penelitian yang
telah ada sebelumnya telah menekankan secara lebih luas pada transaksi yang mempengaruhi proses. Dan pada penelitian yang akan datang harus diarahkan pada penjelasan tentang
dasar–dasar yang mempengaruhi transformasi.
Meskipun
berbagai tantangan menghadang dibidang penelitian kepemimpinan, adalah penting
untuk menyadari bahwa efektifitas
kepemimpinan, tidak saja bergantung pada
perilaku yang ditunjukkan oleh sang pemimpin tetapi pada etika dan moral dari perilaku
pemimpin tersebut.
Artikel Relevan:
No comments:
Post a Comment