Sunday, March 17, 2013

Orientasi baru teori kepemimpinan

BERBAGAI ORIENTASI DAN  KECENDERUNGAN BARU DALAM KEPEMIMPINAN
Beberapa pandangan umum telah membentuk landasan, untuk memandang gejala kepemimpinan dalam kajian psikologi sosial dan organisasi.
1.      Para peneliti dibidang psikologi sosial dan organisasi  telah menerima kepemimpinan sebagai gejala/fenomena kelompok dan organisasi.  Kepemimpinan merupakan fenomena yang diamati sebagai seperangkat  perilaku peran yang ditampilkan oleh seseorang dalam rangka mempengaruhi dan mengkordinasikan  kegiatan anggota kelompok dan  organisasi  untuk meraih tujuan yang diharapkan. Orang tersebut dinamakan pemimpin. Pendekatan dengan cara ini dinamakan pendekatan perilaku (behaviour approach). Sebelum pendekatan ini, kepemimpinan selalu dipandang berdasarkan pendekatan sifat (traits) yang memandang bahwa kesuksesan seorang pemimpin disebabkan oleh  kepribadian dan sifat-sifatnya. (Cowley, 1928).
2.      Kepemimpinan merupakan fenomena hubungan dan atribusi (relation and attribution). Artinya keberadaan seorang pemimpin ditentukan oleh pengikutnya, serta hubungan yang terbangun diantara mereka. Pemimpin itu ada, karena kekuasaannya diakui oleh pengikutnya.
3.      Ketika mengkaji tentang gejala kepemimpinan , yang dapat di gambarkan adalah  isi dan proses dari kepemimpinan (content and processes). Isi (content) menunjukkan  tipe perilaku peran pemimpin, atribut pemimpin, pengikut, dan suasana ketiga gejala itu diamati. Sementara proses (processes)  menunjukkan proses pengaruh psikologi yang terjadi  yang mendasari  perilaku pemimpinnya. Pandangan seperti ini mengantarkan kita pada pandangan bahwa kajian tentang dasar-dasar kepemimpinan ditentukan oleh tiga faktor yakni pemimpin, pengikut, dan situasi/kondisi.
4.      Peran perilaku (behaviour role) seorang pemimpin adalah untuk mempengaruhi secara langsung sikap dan perilaku  pengikut dalam kontek kelompok dan organisasi.
Pada perkembangannya, ada tiga orientasi yang berhubungan dengan  paradigma kepemimpinan, yakni: pertama perilaku peran pemimpin (leader role bahaviour)  hal ini dalam berhubungan dengan anggota organisasinya, yang ditandai oleh  perilaku saling percaya, hubungan yang baik dan terbuka,  perasaan sensitif atas sesama anggota kelompok (Andriessen & Drenth, 1984). Kedua adalah kontingensi efektifitas kepemimpinan (contingency of leadership effectiveness) yang menunjukkan bahwa efektiftas kepemimpinan sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi. Ketiga adalah proses saling pengaruh pemimpin dan pengikut  (leader-follower influence process) yang banyak menitik beratkan pembahasan pada  bagaimana seorang pemimpin mempengaruhgi bawahannya.
Sehubungan dengan hal diatas ada model yang dikembangkan oleh Kanurango dan Mendonca tahun 1987, mengenai kepemimpinan yang didasarkan pada kharisma. Model tersebut dapat dilihat pada bagan berikut:
Perilaku pemimpin Tahap Pertama: Penilaian  lingkungan, kebutuhan pengikut dan realisasi defisiensi dalam status quo.
Perilaku pemimpin Tahap Kedua: Pembentukan dan artikulasi efektif visi yang masih terdapat kesenjangan dari status quo,
Perilaku pemimpin Tahap ketiga: Secara pribadi contohnya:risiko, kaunter budaya, pemberdayaan, membangun kesetiaan pengikut, dan motivasilah mereka
Hipotesis Hasil:
Hasil keorganisasian:
q  kohesi internal yang kuat;
q  konflik internal yang rendah
q  konsensus yang tinggi
q  nilai keharmonisan yang tinggi

Hasil bagi pribadi (pengikut):
q  keturutsertaan yang tinggi pada sang pemimpin;
q  komitment yang tinggi terhadap organisasi;
q  kinerja pribadi yang tinggi

Kesimpulan
            Secara umum bidang penelitian kepemimpinan mesti dijabarkan baik dalam dimensi  isinya maupun prosesnya.  Pertama, dalam dimensi isinya, ada keharusan untuk mengganti dan beralih dari perilaku pengawasan (seperti: pemberian tugas dan partisipasi) ke bentuk perilaku kepemimpinan (seperti: penentuan visi dan tujuan, dan pemberdayaan). Kedua dalam fokus penelitian ada yang mesti digeser, dari kepuasan kebutuhan pengikut ( follower’s need satisfaction) kebentuk atribusi,  disposisi, dan perseptual dinamis.  Ketiga, perhatian penelitian  perlu diarahkan kembali dari keasikan meneliti perilaku khas yang ada dalam kelompok kecil tertentu kepada  kajian yang lebih luas konteksnya dimana seluruh pekerjaan dapat terselesaikan.  Hal ini termasuk pula kajian variabel kebudayaan yang bersifat kontingensi.  Sepanjang dimensi proses, penelitian yang telah ada sebelumnya telah menekankan secara lebih luas  pada transaksi yang mempengaruhi proses.  Dan pada penelitian yang akan datang  harus diarahkan pada penjelasan tentang dasar–dasar yang mempengaruhi transformasi.
            Meskipun berbagai tantangan menghadang dibidang penelitian kepemimpinan, adalah penting untuk menyadari  bahwa efektifitas kepemimpinan, tidak saja bergantung pada  perilaku yang ditunjukkan oleh sang pemimpin  tetapi pada etika dan moral dari perilaku pemimpin tersebut. 
Artikel Relevan:

No comments:

Post a Comment