Gaya dan Pendekatan Kultur Kepemimpinan Universitas
Seperti diketahui, beberapa tugas pokok aktivitas pimpinan
eksekutif universitas adalah bertanggung jawab untuk arah dan tujuan
organisasi, pengelolaan internal yang mengatur arus informasi dan peran
internal yang sangat besar guna mengatasi konflik dan alokasi sumber daya yang
langka. Disamping itu ia bertindak menangani masalah eksternal universitas
melalui jaringan kerja dengan mitra, pemodal, stakeholders, dan para users luaran universitas. Atas kesibukan vice-chancellor atau rektor tersebut,
kadang-kadang mengacaukan posisinya sebagai pemimpin eksekutif universitas, di
mana terdapat hal yang ambivalen, membuat pekerjaannya dapat serempak macet dan
kacau.
Fokus pembahasan utama dalam sesi ini adalah hubungan antara
rektor dalam konteks
organisasi, yakni perhatian pada gaya kepemimpinan, orientasi pekerjaan, kultur
organisasi, dan harapan kepemimpinan yang spesifik dalam konteks kelembagaan.
Dalam hal ini terdapat inti kesamaan tugas dan penggunaan waktu dalam suatu
sistem pendidikan tinggi yang digerakkan oleh bentuk pendanaan dan ukuran
kinerja lain yang ditetapkan. Guna memahami prioritas dan pendekatan rektor
memerlukan pengkajian, yang kadang-kadang sulit diukur hubungannya antara
universitas dan pemimpin. Hal ini berkaitan dengan kultur organisasi, meninjau
lagi ke pertanyaan tentang berapa banyak rektor dapat terpengaruh atau
sebaliknya mempengaruhi professional akademik yang bertentangan dengan
manajerial atau administratif.
Gaya
kepemimpinan rektor dan perbedaan pendekatan pekerjaan harus melihat kultur dan
konteks yang menggambarkan ruang lingkup aktivitas kepemimpinan dan selanjutnya
pada narasi aktivitas kepemimpinan dari riset empiris dalam suatu jangkauan
luas. Pelayanan naratif ini mempunyai dua tujuan, pertama: membantu mengurai
hubungan antara gaya kepemimpinan dan konteks
organisatori; kedua: menggambarkan bagaimana tema kunci tertentu dalam gaya
kepemimpinan-transformasional, simbolis dan karismatik yang dilakukan secara
praktis. Naratif dimaksudkan untuk menjelaskan dengan contoh bagaimana yang
rektor menafsirkan dan menerangkan pendekatan mereka atas elemen kunci dari
pekerjaan mereka. Bagaimana akhir, bukti ditinjau dan simpulan ditarik tentang
hubungan antara gaya,
organisasi dan kultur.
Paradigma yang berlaku pada universitas berpengaruh penting
secara alamiah dalam lingkup fungsi kepemimpinan rektor. Sebagian paradigma ini
terdapat pada sektor pendidikan yang lebih tinggi, yakni: dalam proses tenaga
kerja akademis, intervensi manajerial pada desain akademis, proses penyerahan
dan jaminan mutu, dan eksistensi yang secara parsial terkikis namun struktur
kolegialis dan demokrasi masih eksis. Saat membahas bidang kritis ini dalam
kaitan dengan produk dan pelayanan yang diberikan oleh universitas secara
efektif, dibatasi intervensi eksekutif secara langsung dalam satu proses
internal yang diperoleh dari sistem kaji ulang, pengujian, pengesahan dan
prosedur penilaian. Hal ini jarang ditemukan di bidang bisnis, dimana pimpinan
eksekutif dapat bertentangan dan dapat menentukan standar meskipun dalam
praktek hal ini jarang terjadi, bahkan rincian terbaik penyerahan dan desain
produk. Di dalam pengelolaan universitas, bagaimanapun batasan-batasan yang
menggambarkan kemungkinan bertindak sebagai seorang pemimpin harus
mempertimbangkan berbagai komponen kekuatan dan kepentingan manajemen, para
profesional akademisi dan badan organisasi yang dapat bertanggung jawabkan.
Lingkup rektor dalam melaksanakan kuasa seperti sifat
interaksi dengan komunitas universitas berubah perlahan, namun pengekangan
penting tinggal pada tempatnya, yang mana bidang akademik/ profesionalisme
membatasi pengendalian eksekutif atas proses dan produk. Walaupun ada istilah
vice-chancellor atau rektor atau pemimpin eksekutif di dalam sistem pendidikan
tinggi namun menarik untuk melihat peran rektor di dalam terminologi simbolis
yang lebih luas. Meskipun demikian, pergeseran dalam universitas ke arah model
bisnis dan pengendalian serta pengarahan organisasi telah membuat
batasan-batasan antara bidang akademis profesional dan manajerial
administratif yang kurang jelas dan bisa
dibantah. Harapannya adalah rektor sebagai pimpinan eksekutif kelembagaan,
membawa peran kepemimpinan yang lebih baik.
Walaupun ada batasan, anggaran dasar dan artikel, dan kebiasaan
tidak tertulis dalam praktik, berpengaruh langsung pada berbagai hal akademis,
riset menunjukkan bahwa rektor membagi perhatiannya pada paradigma operasi dan
merangkai kembali cara pikir yang eksis dan melaksanakannya didalam universitas
melalui pendekatan transformasi. Potensi mempengaruhi dan merubah dicoba
melalui dua arena utama: kultur organisasi dan desain infrastruktur operasi.
Keduanya menghubungkan aktivitas akademik inti dari institusi.
Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab sebelumnya bahwa
paradigma kultur mendukung kekuatan kultur organisasi sebagai kunci menuju
keberhasilan dan oleh karena itu merupakan manfaat kompetisi.
Didalam pengaturan universitas, meskipun konsep kutur rumit
karena sanksi, hal diluar akademi, sering timbul salah pengertian kebebasan
mimbar, otonomi dan kolegialis. Sebagai hasilnya, kultur akademis kadang-kadang
digunakan sebagai stenografi untuk menguraikan perbedaan dan sering juga
mempersulit unsur-unsur universitas
sebagai institusi sosial. Sepanjang peran rektor ditetapkan secara
formal di dalam anggaran dasar universitas, hal itu berhubungan dengan
kekeliruan karakter pendidikan umum universitas.
Saat membahas Bab 4, rektor U.K. menafsirkan kutur lebih
sedikit sebagai moral yang sangat mendesak dan lebih menonjol pada visi dan
komponen intelektual, sering mengacu pada etos universitas atau kondisi.
Beberapa asosiasi budaya kepemimpinan
dengan suatu upaya penetapan struktur akademi dengan cara memberi makna pada
peran tenaga kerja akademik dan kaitan universitas dalam rangka memenuhi pokok
harapan perubahan eksternal dan internal, pergeseran keadaan lingkungan yang
menggambarkan semacam jenis tantangan kepemimpinan.
Disamping masalah sifat kultur korporat yang meragukan, bagaimanapun,
ada sedikit keraguan dari data riset bahwa rektor sering membingkai pandangan
universitas dan tempat kerjanya dalam tertutup, bidang self-referential dari profesional dan struktur kolegial, organisasi
dunia lainnya membuka dunia manajemen/ administrasi organisasi. Koneksi antar
dunia ini adalah seperti menyebarkan batasan antar mereka. Ada dugaan bahwa kultur organisasi masuk ke
dalam dua daerah, manajerial dan akademis, namun kekuasaan rektor untuk
terlibat dalam kedua daerah dirumuskan dan ditetapkan dengan cara berbeda. Pada
hakekatnya, rektor diperlukan untuk melibatkan diri secara serempak ke dalam
dua dunia tersebut dan banyak yang menjadi seni kepemimpinan eksekutip dalam
pengetahuan dan pemahaman paradigma
operasi yang menandai keduanya. Implikasi adalah bahwa permintaan
masing-masing rektor tidak hanya pengetahuan bagaimana cara mengatur
batasan-batasan ini, tetapi suatu kemampuan untuk menyesuaikan gaya kepemimpinan.
Sebagai bagian dari riset bidang dokumentasi yang merinci
misi dan visi yang kelembagaan, perencanaan perusahaan dan pemikiran strategis
dari studi kasus universitas yang dimasukkan di suatu tempat dalam dokumen ini,
sering sebagai suatu catatan tambahan, berupa diagram yang mempresentasikan
bagan struktur manajemen universitas, menyediakan informasi yang kadang-kadang
tidak dibutuhkan lagi oleh organisasi atau personil fungsional utama. Meskipun
demikian, dokumentasi gambaran organisasi seperti diagram yang memperkenalkan
hanya suatu bagian informasi seperti itu, tidak lebih daripada aspek historis,
yang mendesain kembali dan merestrukturisasi bidang managerial yang telah
menjadi masalah di dalam universitas dewasa ini. Beberapan desain kembali
melulu mengerjakan sesuatu tanpa keahlian, mengubah derajat tanggung jawab dan
peran individu bawahan.
Pertentangan proses ini tercermin dari reaktor tampaknya
hanya mengambil masukan wajar dari anggota intern kelompoknya. Senagai contoh
didalam salah satu studi kasus, rektor dan staf teras menjadi saling terkait,
salah satu posisi kunci di universitas menjadi off-message sejauh universitas
lain guna memperoleh promosi.
Di dalam
suatu studi kasus, beberapa kinerja fakultas tidak bisa dikendalikan untuk
mempromosikan suatu tinjauan ulang kebijakan peralihan oleh konsultan manajemen
karena masalahnya tergantung pada dekan. Didalam pandangannya selalu ada
sesuatu bahaya operasi unit yang batal sebab: rata-rata dekan tidak menggunakan
waktu yang cukup untuk mengurus fakultasnya karena ia diberi terlalu banyak
aktivitas dalam menjalankan universitas.
Artikel relevan:
No comments:
Post a Comment