EXISTENSI
UNIVERSITAS KORPORASI
Pendahuluan
Istilah Universitas
Korporasi (Corporate University) mulai dikenal para praktisi manajemen dan
bisnis sejak 20 tahun yang lalu. Istilah ini terkait dengan ramainya pencarian
bentuk dan model organisasi bisnis yang sesuai (suitable) dengan berbagai
perkembangan lingkungan yang cepat dan tidak menentu (uncertainty). Karena
sudah menjadi hukum dari organissi untuk senantiasa berevolusi dan bahkan
berevolusi dalam menghadapi berbagai perkembangan lingkungan. Untuk tetap eksis dan mempertahankan
posisinya di tengah persaingan maka mereka harus belajar sambil menjalankan
aktivitas bisnisnya, secara paralel.
Sejak saat itu maka
baik teori maupun praktek belajar dan manajemen
proses belajar berkembang dengan menyerap temuan teknologi , prinsip
kinerja manajemen tingkat tinggi dan prinsip bisnis. Ketiga komponen tersebut
terintegrasi dalam kegiatan dan proses pembelajaran.
Banyak ilmuwan yang
telah memberikan gagasan dan meramaikan wacana tentang Universitas Korporasi (Corporate University). Beberapa
diantaranya adalah: Revans, Kolb, Honey, Mumford dan lain-lain. Mereka
memberikan istilah yang berbeda terhadap Universitas Korporasi (Corporate University). Istilah-istilah
yang digunakan antara lain: organisasi pembelajar (the learning organization), perusahaan pembelajar (the learning company), universitas
virtual (the virtual university),
sekolah pengembangan profesi berkelanjutan (the
school of continuing professional development), sekolah korporasi untuk
manajemen (the corporate school of
management), dan manajemen korporasi (the
corporate management).
Peran yang utama
dari Universitas Korporasi (Corporate University) bukan sekedar meningkatkan
kualitas belajar. Tetapi lebih dari itu, berorientasi strategi, memposisikan
organisasi agar dengan kualitas belajar yang baik dapat tumbuh dan berkembang
seirama dengan tuntutan perkembangan dunia bisnis. Untuk itu Universitas
Korporasi (Corporate University) dituntut untuk membentuk iklim belajar yang
beradaptasi dan mendukung pertumbuhan lingkungan bisnis. Syarat untuk
menciptakan kondisi tersebut adalah memanfaatkan teknologi elektronik
(e-technology) dan paket manajemen proyek (project
management package). Dengan demikian, kondisi dimana top-manejemen, para
manajer, dan staf dapat membentuk budaya organisasi yang sesuai dengan
lingkungan, mesti menjadi fokus dari organisasi. Universitas Korporasi (Corporate University) menyediakan
fasilitas berupa pelatihan yang berkualitas, pembelajaran tingkat mahir (advance learning) dan pengakuan atas
tingkat capaian prestasi belajar.
Manajemen, konteks
strategi dan proses belajar yang digunakan oleh Universitas Korporasi
(Corporate University) berbeda dengan perguruan tinggi dan universitas pada
umumnya (tradisional). Universitas Korporasi (Corporate University) bentuk
cangkokan (a hybrid development). Ia
berorientasi pada pengembangan kapasitas intelekstual secara proaktif,
diselenggarakan secara efektif, berdasarkan isu aktual yang berkembang, sesuai
dengan tuntutan bisnis, dan waktu belajar disesuaikan dengan kesempatan para
eksekutif.
Model Universitas
Korporasi (Corporate University) memberikan tantangan kepada setiap orang untuk
membuka pikiran dan wawasannya. Prinsip yang mendasarinya adalah bahwa ‘setiap
orang bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektualitasnya’.
Kontekstualisasi
Universitas Korporasi (Corporate University)
Universitas
Korporasi (Corporate University) seperti dijelaskan pada bagian pendahuluan,
pada prakteknya telah ada pada beberapa negara di dunia, dan dengan berbagai
model dan nama. Kehadirannya merupakan implikasi logis dari kemajuan teknologi
informatika dan komputer, yang memungkinkan orang dapat belajar virtual, jarak
jauh, dan murah. Ini merupakan salah satu bentuk baru dari cara manusia
belajar. Dalam istilah Jeannete Voss, adalah “Learning Revolution”.[1]
Dalam perspektif
historis, lahirnya Universitas Korporasi (Corporate University) merupakan
sekuens dari perkembangan lembaga perguruan tinggi dan universitas. Dill and Peterson, menyebutkan sekuens
perkembangan perguruan tinggi dan universitas dari pola tradisional ke
bentuknya yang paling modern yakni
Post-Secondary Knowledge Industry.[2]
Secara rinci sekuens tersebut adalah sebagai berikut:
Ø
Pertama;
adalah pendidikan tinggi tradisional (traditional
higher education), yang kebanyakan menyelenggarakan pendidikan gelar,
dengan masa studi kurang lebih 4 tahun.
Ø
Kedua;
pendidikan tinggi massa (mass higher
educatuion), mulai ramai menyelenggarakan pendidikan non-gelar dengan masa
studi 2 tahun. Model ini membuka peluang yang besar kepada masyarakat untuk
masuk dan mengikuti perguruan tinggi dan universitas. Ini dengan tidak
menyingkirkan program pendidikan gelar. Ini merupakan perkembangan yang lebih
kaya dalam sistem pendidikan.
Ø
Pendidikan
post-secondary, yang ditandai dengan keragaman dan kebebasan yang dimiliki oleh
perguruan tinggi dan universitas mengembangakan mahasiswanya. Pemerintah turut
membantu. Pada model ini, antara dunia pendidikan tinggi dengan dunia Industri
mulai bersanding dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Banyak organisasi Bisnis mendirikan perguruan tinggi untuk menopang usaha
bisnisnya. Pada era ini, ada tiga model paradigma yang berkembang, yakni:
1. Industri forces; salah satu karakteristik
dari paradigma ini adalah lahirnya intensitas persaingan yang tinggi.
2. Post-secndary Industry; yakni bersaiongan
sesama organisasi industri;
3. Post-Secondary Knowledge Network; ditandai dengan konpetisi antara lintas
jaringan organisasi bisnis. Hal ini karena penggunaan teknologi informasi yang
semakin tinggi dan intensif pada setiap lembaga bisnis, dan pendidikan.
Universitas
Korporasi (Corporate University)
merupakan salah satu bentuk dari model lembaga pendidikan abad 21, yang ditandai
oleh penyatuan antara bisnis dan sekolah atau perguruan tinggi dan universitas.
Salah satu model tersebut bernama organisasi pembelajar (the learning organization)[3],
sebagaimana disebutkan pada pendahuluan sebagai nama lain dari Universitas
Korporasi (Corporate University). Ia
merupakan perkawinan antara lembaga bisnis dengan lembaga pendidikan. Beberapa
organisasi besar telah mempraktekannya, yakni: General Electric, Apple
Computer, Microsoft, Motorola, dan lain-lain. Sumber kesuksesan mereka adalah belajar.
Perusahaan yang paling sukses pada tahun 1990-an menurut laporan majalah Fortuna
Internasional adalah “ Organisasi Pembelajar”.[4]
No comments:
Post a Comment