PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJERIAL
Manajer
adalah figur yang sangat menentukan eksistensi dan kelangsungan hidup
organisasi. Salah satu peran yang sangat penting dari manajer adalah memecahkan
masalah organisasi, dan mengambil keputusan yang berpihak pada kemajuan
organisasi. Setiap hari aktifitas manajer adalah berpikir dan membuat
keputusan. Produk dari aktifitas tersebut dikenal dengan istilah keputusan
manajemen (manajemen decision).
Sehingga dapat pula disebutkan bahwa aktifitas utama dari manajemen adalah
membuat keputusan. Horrison menyebutkan bahwa
‘antara manajemen dan pengambilan keputusan adalah sinonim’.
Tugas
dalam bentuk pengambilan keputusan tersebut, berbada-beda tingkatannya
antara manajer. Hal tersebut ditentukan
oleh besar-kecilnya organisasi, struktur, budaya, dan iklim organisasi. Secara
sederhana, ada tiga tipe keputusan yang diambil oleh manajer dalam suatu
organisasi. Pembagian ini berdasarkan atas penjabaran atau diferensiasi atas
keluasan cakupan dantingkatannya.
1.
Seberapa banyak hal yang tercakup
dalam keputusan tersebut. Apakah keputusan itu
bersifat strategis, atau operasional. Keputusan strategis merujuk pada
aktifitas yang berkaitan dengan lingkungan yang lebih luas, dan termasuk dalam
jumlah atau bagian yang besar. Sementara keputusan operasinal merujuk pada aktifitas
rutin dari organisasi.
2.
Seberapa mudah keputusan tersebut
dijelaskan. Apakah suatu keputusan bersifat terstruktur atau tidak terstruktur
(structure or unstructure). Keputusan
terstruktur merujuk pada sifatnya yang jelas, mudah dicerna, tegas dan tidak
bermakna ganda. Sementara keputusan tidak terstruktur (unstructure) merujuk
pada sifatnya yang sulit dimengerti, membingungkan, dan susah diatasi.
3.
Bagaimana hubungan antara keputusan
dengan orang/pihak lain. Apakah suatu keputusan bersifat terikat atau bebas
(dependent or independent). Keputusan yang bebas (independent) merujuk pada
statusnya yang tidak terkait dengan keputusan lain, masa lalu, dan masa depan.
Sementara keputusan terikat (dependent) merujuk pada statusnya yang berhubungan
dengan keputusan lainnya di masa lalu, dan masa depan.
Seorang
manajer sebagai pembuat keputusan (Decision
Maker), dalam membuat keputusan, dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut: pengetahuan,
persepsi, value, memory, budaya, dan iklim organisasi. Untuk mencapai keputusan
yang tepat, maka perlu menggunakan berbagai metode, dan model dalam pembuatan
keputusan atau pemecahan masalah. Secara teoretik, keputusan dapat dibentuk
dalam tiga model yakni: model deskriptif verbal; model analogi; dan model
sebab-akibat (relationship). Dan dalam praktek
pengambilan keputusan atau pemecahan masalah, ada beberapa bentuk model
yang sering digunakan, yakni: model program linier (linear programming models); model antri (queuing models); model perbandingan (competitive models); model heuristik (heuristic
models); model simulasi (simulation
models); pohon keputusan (decision
tree models).
Teknik pembuatan keputusan dan
pemecahan masalah.
Sebelumnya,
perlu dijelaskan bahwa dalam buku ini, pengambilan keputusan dipandang sebagai
suatu bagian dari proses panjang pemecahan masalah. Adapun langkah pemecahan
masalah, adalah sebagai berikut: mengamati (observe),
menyadari adanya masalah (recognize),
menentukan sasaran/tujuan (set objective), memahami masalah (understand
problem), menentukan pilihan-pilihan (determine options), mengevaluasi pilihan
(evaluate options), menentukan
pilihan (choice), implementasi (implement). Langkah-langkah pemecahan
masalah tersebut merupakan sebuah siklus yang berulang setelah sampai pada
tahap akhir.
Pemikiran
perlu dicurahkan lebih serius dalam merumuskan tujuan dan sasaran dari
keputusan. Sebuah tujuan harus memenuhi beberapa kriteria, yakni: dirumuskan
secara jelas, disetujuai oeh banyak pihak, relevan atau berkaitan dengan
masalah, memperhatiakan dimensi waktu, bersifat intrinsik, dan harus serba
liput atau bersifat komprensif.
Setelah
merumuskan tujuan, maka selanjutnya adalah memahami masalah (understand problem). Pada tahap ini yang
perlu dilakukan adalah mengumpulkan dan mensortir berbagai data dan informasi
yang relevan dengan permasalahan, menganalisis dan menafsirkan data dan
informasi tersebut. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam menganalisis dan
menginterpretasi data adalah: diagram pareto (pareto diagram), diagram sebab-akibat (cause-efect diagram), diagram pencar (scatter diagram), analisa mengapa-mengapa (why-why analysis).
Pada
tahap menentukan pilihan-pilihan (determine options), manajer akan
mengembangkan pilihan seluas-luasnya, dan sebanyak-banyaknya. Pada tahap ini
diperlukan kreatifitas untuk mengembangkan alternatif. Pada tahap selanjutnya
yakni, mengevaluasi pilihan (evaluate
options), faktor yang paling penting diperhatikan adalah feasibility
(kelayakan), acceptability (kemungkinan diterima), dan kadar resiko
(vulnerability). Selanjutnya, setelah dievaluasi, maka saatnya untuk menentukan pilihan (choice). Manajer sebagai decision maker
memilih satu dari berbagai alternatif yang dikembangkan. Ada beberapa teknik
dalam proses menentukan pilihan, yakni: memilih berdasarkan perhitungan (computation),
memilih berdasarkan judgement, memilih berdasarkan negosiasi, dan memilih
berdasarkan inspiratif yang kreatif. Selanjtnya tahap akhir adalah
mengimplementasikan keputusan.
Dari ulasan
di atas, maka beberapa hal yang dapat dianalisis pada bagian ini adalah sebagai
berikut:
v
Relasi antara manajemen dan
Pengambilan Keputusan;
v
Perkembangan dalam teknik
pengambilan keputusan;
1. Relasi antara Manajemen dan
Pengambilan Keputusan.
Antara
manajemen dan pengambilan keputusan merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini karena
aktifitas yang utama (all about) dari manajemen adalah mengelolah sumber daya
yang ada pada suatu organisasi, baik sumberdaya fisik, maupun sumber daya
konseptual. Dalam mengelolah berbagai sumber daya tersebut, maka apa yang
dilakukan oleh manajemen adalah menentukan sumber daya apa yang akan digunakan
untuk apa, dan berapa volumenya untuk mencapai hasil apa. Semua pertanyaan
tersebut bermuara pada aktifitas pengambilan keputusan (decision making). Oleh
karena itu, maka manejer sebagai representasi dari manajemen, di kenal sebagai
pengambil keputusan (decision maker). Simon menyebut fenomena seperti tersebut
di atas dengan ungkapannya bahwa “decision
making is the heart of administration”.[1]
Artinya bahwa pengambilan keputusan adalah jantungnya organisasi.
Menurut
Minzberg, manajer mempunyai tiga peran yakni peran antar pribadi, peran
informasional, dan peran pengambil keputusan. Peran pengambil keputusan yang
dimiliki oleh manajer terdiri atas, wiraswastawan (enterpreneur); pereda
gangguan, pengalokasi sumber daya, dan perunding.[2]
Dengan peran tersebut, maka masa depan organisasi sangat diwarnai oeleh peran
sang manajer. Banyak orang yang sangat terpengaruh pada keputusan yang dibuat
oleh manajer. Oleh karena itu, seorang manajer perlu melengkapi dirinya dengan
berbagai keterampilan, yakni ketrampilan teknis, keterampilan manusiawi dan
keterampilan konseptual.[3]
Keterampilan
teknis adalah kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan praktek menggunakan
alat-alat, prosedur kerja, pada bidang tertentu. Keterampilan manusiawi adalah
kemampuan yang berkaitan dengan kecakapan dalam berkomunikasi dengan manusia,
ketrampilan mengemukakan gagasan, membawa diri, di muka umum, dan lain-lain.
Sementara keterampilan konseptual adalah kemampuan mental seorang manajen untuk
mengkoordinasikan dan memadu seluruh sumberdaya yang ada di organisasi untuk
dikelolah dalam rangka kepentingan organisasi.
Untuk
memiliki keterampilan konseptual yang baik, maka seorang manajer perlu
menguasai informasi dan data sebagai salah satu sumberdaya organisasi,
yang aktual, komprehensif dan relevan
dengan perusahaan atau organisasi yang dikelolahnya. Menurut Raymond, untuk dapat mengelolah sumberdaya konseptual
(data dan informasi) diperlukan kemampuan untuk membaca sistem informasi yang
dibangun oleh organisasi itu sendiri.
Sepintas,
secara fisik peran dan apa yang dikerjakan manajer manajer tidak nampak. Oleh karena itu, dipandang
sebagai tidak penting, bagi orang yang tidak memahami hakikat organisasi dan
administrasi. Dalam kehidupan organisasi dan administrasi, maka yang perjuang
dan bekerja untuk mencapai tujuan adalah
pekerja tingkat rendah, atau buruh dan karyawan yang disewa. Dalam pertempuran,
misalnya, maka yang berjuang memanggul senjata adalah para prajurit, bukan para jendral sebagai manajer dalam
organisasi militer. Tetapi ketika hasil pertempuran atau pekerjaan selesai
dan diumumkan maka itu adalah hasil
karya dari manajer.[4]
Oleh karena
itu, pertanyaan yang relevan utnuk menjelaskan fenomena tersebut adalah, apa
yang menjadi pekerjaan manajer? Bagaimana mereka bekerja?
Stoner and
Freeman menjelaskan jawaban dari
pertanyaan tersebut sebagai berikut:
v
Manajer bekerja dengan dan melalui
orang lain;
v
Manajer adalah orang yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat;
v
Manajer adalah figur yang
menyeimbangkan tujuan-tujuan yang bertolak-belakang, dan menentukan prioritas;
v
Manajer adalah seorang pemikir yang
setiap saat berpikir secara analitik dan konseptual;
v
Manajer adalah penengah dalam suatu
organisasi yang terdiri atas banyak orang;
v
Manajer adalah seorang politisi
sehingga ia perlu membangun relasi dengan pihak internal organisasi dalam
rangka mencapai tujuan organisasi;
v
Manajer adalah seorang diplomat yang
bertindak sebagai wakil resmi dari organisasi;
v
Manajer adalah lambang dari
organisasi.oleh karena itu, ia membawa citra dan inspirasi bagi organisasi yang
ia kelolah.
v
Manajer adalah figur yang mengambil
keputusan pada situasi yang sulit.[5]
Oleh karena itu, seorang manajer perlu mengetahui berbagai model dan teknik
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
No comments:
Post a Comment