Membangun Pendidikan Islam
Sebagai agama penyempurna
sekaligus penutup agama-agama wahyu, Islam adalah pedoman hidup universal,
eternal dan kosmopolitan. Universal artinya, ajaran Islam berlaku dan merahmati
seluruh alam dengan segala isinya, yang meliputi manusia, hewan, tumbuhan, dan
benda-benda planet lainnya. Eternal artinya, berlaku sepanjang masa selama
kehidupan dunia masih berlangsung, selalu kontekstual, dan up to date dengan segala persoalan hidup dan kemanusiaan. Dan
kosmopolitan artinya, secara garis besar dan
dalam beberapa persoalan, secara rinci ajarannya mencakup semua aspek
kehidupan manusia, atau paling tidak memberi arah dan nilai agar manusia tidak
lepas kendali dan tetap mempunyai keterikatan primordial dengan nilai-nilai
ketuhanan yang merupakan idealis fitrahnya.
Untuk
itu dalam rangka mewujudkan sistem nilai Islam pada bidang pendidikan menjadi
sebuah sistem pendidikan yang dapat diandalkan, paling tidak ada dua cara. Pertama, meningkatkan kualitas berpikir
dengan cara meningkatkan kecerdasan. Kedua,
memperluas wawasan dan meningkatkan kualitas kerja melalui peningkatan etos
kerja.
Kemajuan
sebuah bangsa pada umumnya ditentukan oleh bangsa itu dalam mendayagunakan
sumber daya manusia melalui pergumulannya mengembangkan ilmu pengetahuan.
Pertama, Allah memerintahkan agar
manusia senantiasa berpikir dan menggunakan pikirannya dalam memecahkan
persoalan-persoalan hidup yang dihadapi.
Kedua, Allah telah melakukan
liberalisasi dalam bidang ilmu, agar semua manusia, laki-laki dan perempuan
diwajibkan mencari ilmu.
Ketiga, dengan akal, manusia
diperintahkan untuk membuktikan kekuasaan Allah dengan cara mengkaji dan
menglola alam demi keperluan hidupnya, tetapi juga dilarang untuk berbuat
kerusakan dan pertumpahan darah.
Keempat, manusia diperintahkan untuk fantasiru fil ardl (mengembara di muka
bumi) dalam rangka mencari ilmu pengetahuan.
Kelima, kecintaan terhadap informasi
atau pengetahuan yang akhirnya menumbuhkan kecintaan kepada kegiatan belajar.
Islam
adalah agama yang mudah dan menyenangkan. Di antara pentunjuk Islam tentang
kehidupan dalam segala aspeknya secara umum harus dilakukan dengan dasar ibadah
kepada Allah, dan dikerjakan dengan penuh kesungguhan. Adapun
prinsip-prinsipnya adalah sebagai berikut:
Pertama, di dalam Islam, motivasi dasar
yang harus diletakkan oleh setiap muslim dalam menjalankan hidup ini adalah
pengabdian kepada Allah semata (Q.S. 51:56). Dari ayat ini dapat dipahami,
bahwa Islam mengajarkan, hidup dan seluruh aspeknya, termasuk bekerja mengelola
lembaga pendidikan harus diniatkan sebagai pengabdian kepada Allah.
Kedua, Alqur’an menegaskan bahwa cara
yang terbaik untuk mendapatkan prestasi dalam hidup ini adalah dengan bekerja.
Karena pada dasarnya seseorang tidak akan memperoleh sesuatu selain yang
diusahakan atau dikerjakan.
Ketiga, dalam hidup dan bekerja, Islam
mengajarkan akan pentingnya berorientasi ke masa depan, kerja keras, teliti,
hati-hati, menghargai waktu, penuh rasa tanggung jawab, dan berorientasi pada
prestasi (archievement oriented), dan
bukan prestige semata. Artinya: 1)
hidup harus mempunyai cita-cita, 2) kerja santai, tanpa rencana, malas, boros
tenaga, waktu dan biaya adalah bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam, 3)
Semua masalah yang menjadi tanggung jawabnya harus dihadapi dengan rasa penuh
tanggung jawab, 4) hidup dalam Islam harus hemat dan berpola sederhana, tidak
konsumtif dan berlebihan, tetapi tidak kikir, 5) Islam menilai, sebaik-baiknya
pekerjaan adalah yang dikerjakan dengan sebaik-baiknya (akhsana amala).
Untuk itulah bahwa,
kualitas berpikir (etos berilmu) dan peningkatan kualitas amal (etos kerja),
adalah salah satu bentuk strategis dari perubahan sosial yang merupakan
persyaratan bagi peradaban. Karena itu, untuk mengembangkan kecakapan yang
andal dikalangan umat Islam, adalah mengelola pendidikan, mengharuskan kita
bertanya secara obyektif pada diri sendiri dan melakukan pengamatan secara
mendalam terhadap budaya yang sedang dikembangkan oleh masyarakat. Apakah
nilai-nilai (etos berpikir dan etos masyarakat) sudah tertanam dalam diri kita
dan umat kita? Kalau belum, maka perlu diadakan perubahan-perubahan kultural
berupa perubahan cara berpikir dan bekerja secara berkelanjutan dan
bersama-sama.
Oleh karena itu untuk
membangun sistem operasional pendidikan yang berangkat dari sistem nilai Islam,
sebenarnya juga tidak terlepas dari kualitas berpikir dan berkerja umat kita.
Artinya, semakin berkualitas pemikiran dan kerja umat, maka akan semakin mampu
membangun nilai-nilai tersebut menjadi sistem opersional dengan corak yang
bervariasi dan dengan kualitas yang semakin baik. Sehingga pada akhirnya dapat
mengelola lembaga pendidikan yang berkualitas.
No comments:
Post a Comment