PENGARUH
MODERNISASI PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDIDIKAN
Pendahuluan
Artikel ini adalah hasil
penelitian Lembaga ‘National Foundation for Educational Research’ (NFER) London
Inggris. Artikel Penelitian ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi
tentang latar belakang, kontekstual ‘Modernisasi pemerintahan daerah’. Bagian
kedua menjelaskan tentang temuan-lapangan pengaruh ‘modernisasi pemerintahan
daerah terhadap pengambilan keputusan pendidikan. Jenis penelitian adalah studi kasus
(case study), yang dilakukan pada bulan Juni, 2000, hingga bulan
Maret, 2002 di London,
Inggris. Tujuan
Penelitian adalah:
1.
Memetakan prosedur dan struktur
yang baru direvisi dan diadopsi oleh pemerintah daerah dalam menanggapi
Undang-Undang Pemerintahan Lokal tahun 1999.
2.
Menilai penerapan aturan baru dalam
pengambilan keputusan pelayanan jasa pendidikan.
Instrumen
Penelitian: adalah dokumen pemerintahan, dan lembaga pendidikan tahun 1998,
dokumen tentang Undang-Undang Pemerintahan Lokal dan kebijakan yang
menyertainya. Disamping itu digunakan
instrumen panduan interview dan diskusi, untuk memperoleh informasi yang
memadai.
Sampel adalah daerah di negara bagian Inggris. Jumlah responden aktif
adalah 15 lembaga pendidikan. Responden adalah
Direktur atau wakil lembaga pendidikan, Kepala sekolah, pegawai, anggota
partai oposisi, pimpinan dewan.
Pembahasan isi artikel.
Modernisasi pemerintahan daerah adalah pemerintahan yang dipilih dan ditentukan oleh
masyarakat di daerah, atau biasa dikenal dengan istilah ‘local leadership, local
choices’. Bentuk pemerintahan ini memberikan wewenang dan status khusus
kepada masyarakat di daerah untuk menentukan visi dan kepemimpinannya, sehingga
sanggup untuk merealisasi hal-hal yang dibutuhkan oleh masyarakat secara nyata.
Tujuan dan manfaat. Secara umum tujuan dari kebijakan ini
adalah memperbaiki ekonomi, sosial dan lingkungan masyarakat yang lebih baik.
Dan secara khusus tujuan dari modernisasi pemerintahan daerah adalah untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat sipil dan meningkatkan daya saing ekonomi
masyarakat melalui sektor pendidikan. Manfaat dan semangat yang melandasi
modernisasi pemerintahan daerah adalah memperbaiki kualitas demokrasi di daerah
dengan menjamin tercapinya efisiensi, transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Penelitian ini menemukan bahwa peningkatan
efisiensi lebih nyata dan besar ketimbang perubahan pada transparansi dan
akuntabilitas. Efisiensi terutama ditemui dalam hal pengambilan keputusan dan
anggaran. Proses pengambilan keputusan kini, memakan waktu hanya lebih kurang 7
hari, sebelumnya memakan waktu 8 minggu. Demikian pula dalam penggunaan kertas
yang sedikit dalam pengambilan keputusan.
Ada beberapa hal yang dapat menjadi penghambat dari kebijakan
ini, yakni gaya, sikap dan praktek pemerintahan yang lama. Gaya pengambil
keputusan pemerintahan tradisional biasa di sebut dengan istilah ‘opaque’ yakni bentuk pengambilan
keputusan yang sembrono dan mementingkan diri sendiri.
1.
Struktur pemerintahan daerah modern
yang ditawarkan ada tiga alternatif. Pertama; walikota dipilih langsung oleh
masyarakat, ia dilengkapi dengan kabinet. Kedua; sebuah kabinet dengan seorang
pemimpinnya. Ketiga; walikota yang dipilih langsung dan punya dewan
manajer. Dari tiga alternatif yang ditawarkan dalam Undang-Undang Pemerintahan
daerah tahun 1999, maka kebanyakan dewan daerah lebih menyukai dan memilih
model kabinet dengan seorang pemimpin (a
cabinet with a leader). Model ini lebih mendekati model yang sudah ada
sebelumnya dengan kesempatan yang lebih besar untuk mengadakan perbaikan.
Alasan lainnya adalah model ini memungkinkan lahirnya berbagai pendekatan dalam
pengambilan keputusan.
2.
Dampak terhadap ‘Pengambilan
Keputusan Pendidikan’. Tugas pemerintah
lokal dalam perspektif modern adalah mengidentifikasi dan menemukan cara yang
lebih baik untuk meningkatkan pelayanan sekolah (key service to school), melayani secara terbuka, membagi beban
untuk memperbaiki mutu sekolah dengan kelompok lainnya, membentuk kemitraan
dengan lembaga tradisional untuk memikul tanggung tawab yang utama dibidang
pendidikan dan membentuk standar nasional yang profesional untuk fungsi
perbaikan sekolah. Secara umum perubahan
struktur pemerintahan ini membawa pengaruh yang nyata pada penyelenggaraan
pendidikan yang inklusive (inclusive
education). Hal ini karena adanya proses pengambilan keputusan yang cepat,
sesering mungkin sesuai kebutuhan. Seluruh wali kota menunjukkan tanggung jawab
yang besar untuk mengimplementasikan struktur baru, melalui: perbaikan mutu
sekolah, akses, kebutuhan khusus dan manajemen strategi. Tetapi ada pula temuan
yang menunjukkan dampak negatif, yakni pada lembaga pendidikan yang belum
memahami aturan baru, sehingga proses persetujuan anggaran pendidikan menjadi
terhambat.
3.
Hambatan. Beberapa hambatan yang
ditemukan dalam implementasi kebijakan ini adalah sebagai berikut:
a.
Jumlah pekerjaan yang bertumpuk (work overload).
b.
Kurangnya partisipasi dalam
pengambilan keputusan.
c.
Pengambilan keputusan sepihak (poor decisipon making).
d.
Marginalisasi dewan penasehat/staf
ahli.
e.
Era transisi yang melahirkan
susunan baru yang belum bekerja efektif
Penutup.
Secara
umum temuan dilapangan menunjukkan pandangan dan kemauan positif untuk menerima
dan melalukan perobahan struktur pemerintahan. Hal ini untuk lebih mempermudah
proses pengambilan keputusan, dan belajar dari pengalaman.
No comments:
Post a Comment