ETIKA DAN KEPEMIMPINAN
Apakah ada
krisis dalam etika bisnis? Pertanyaan ini mempunyai beragam jawaban.
Namun yang pasti paling tidak terdapat satu etika yakni malaise. Malaise adalah tubuh yang mengalami gangguan keharmonisan,
namun tidak terlihat satupun tanda-tanda penyakit. Dalam krisis, penyakit
kelihatan dengan jelas menciptakan kondisi yang berbahaya. Namun malaise tidak
dapat dipungkiri, karena manusia baik
individu, maupun berkelompok dalam
suatu organisasi,menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kejujuran,
ataupun loyalitas, tidak lama lagi akan menjadi krisis etika.
Hari ini
kita telah memasuki kondisi tersebut. Setiap hari media selalu memberitakan
pelanggaran etika perilaku organisasi oleh para pemimpin organisasi bisnis. Orang-orang beranggapan
bahwa dalam bisnis yang penting adalah keuntungan (profit), meski untuk memperolehnya melanggar etika. Pendidikan bisnispun telah banyak
dipengaruhi oleh etika malaise. Seperti dijelaskan dalam buku ini, bahwa
perilaku mementingkan diri sendiri menjadi nilai yang di anut oleh mahasiswa
bisnis.
Oleh karena
itu, sangatlah beralasan, jika masyarakat mengharapkan perobahan yang banyak dari organisasi dan
sekolah bisnis. Para pemimpin organisasi dan lembaga tersebut mendapat amanah
untuk merealisasi tuntutan tersebut. Karena kepercayaan, nilai, visi, dan aksi
yang dilakukan oleh pemimpin menjadi
standar etika dalam suatu organisasi.
Sejak dulu,
dalam literatur kepemimpinan khususnya
kepemimpinan organisasi bisnis, telah mengabaikan unsur etika, dan
mengedepankan kepentingan pribadi (individualistic concern). Pendekatan
yang digunakan oleh penulis dalam buku ini, bahwa kesatuan hidup (unity of life) merupakan prinsip dasar yang mesti mengatur
perilaku manusia. Hal tersebut terlihat melalui pendekatan dan ulasannya, serta
berbagai isu yang di jelaskan diarahkan pada studi dan penelitian lebih lanjut
tentang moralitas kepemimpinan. (Rabind N. Kanungo and, Manuel Mendonca).
Tidak dapat
disangkal bahwa keberadaan organisasi
telah ada bersamaan dengan adanya manusia. Diri dan kebutuhan manusia merupakan hal yang
tidak bisa dilepaskan dari kehidupan organisasi. Berbagai macam organisasi muncul
dalam masyarakat, yang masing-masing berusaha untuk memenuhi kebutuhan barang
dan jasa para anggota dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik.
Organisasi tersebut berbentuk keluarga, lembaga pendidikan, lembaga agama,
ekonomi, dan politik.
Unsur utama
dari organisasi adalah manusia beserta nilai-nilai dan kepercayaannya. Mereka
membentuk organisasi untuk mencapai dan menyelaraskan kepercayaan dan
nilai-nilai yang dianut olah masyarakat. Organisasi zaman sekarang sudah banyak
berbeda dengan zaman dahulu. Tapi semuanya mempunyai tujuan yang sama yakni
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik melalui program pembangunan yang
ditetapkan.
Dalam
organisasi tersebut, kita mengenal ada pimpinan dan ada bawahan. Pemimpin dibutuhkan untuk menentukan arah, pengawasan, dan
menentukan fungsi-fungsi tertentu dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Tanpa pemimpin, suatu organisasi akan
terapung-apung dan terombang-ambing dalam gejolak lingkungannya. Oleh karena
itu, maka penelitian tentang kepemimpinan, yang berkaitan dengan orientasi dan
prosesnya, merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat untuk dilakukan
oleh pelajar dan praktisi manajemen.
Kebutuhan
akan etika dalam kepemimpinan, terkadang hanya dipandang sebagai tunutan
organisasi keagamaan dan pendidikan , sementara bagi organisasi bisnis yang
terpenting adalah keuntungan. Karena ketika etika dipaksakan pada organisasi
bisnis, itu akan melahirkan ketidak-efisienan dalam organisasi. Bagaimana
halnya dengan organisasi pemerintahan atau yayasan?
Menanggapi
hal tersebut, maka penting kiranya untuk memperhatikan pandangan Aristoteles
dalam bukunya ‘politic’. Beliau
menyatakan, bahwa negara itu ada untuk menyediakan hukum dan aturan, tetapi
dilanjutkan dengan demi untuk hukum,
aturan dan perilaku yang baik. Alasan utama (raison d’etre) hadirnya suatu organisasi – struktur, norma, mekanisme
dan kegiatannya- adalah untuk mendukung kebaikan dan sesuai dengan nilai yang
agung (highest excellence).
Saat ini, di
berbagai media dilaporkan berita
penyuapan terhadap pemerintah, moralitas jelek diantara pemimpin bisnis, lingkungan yang penuh polusi, virus AIDS yang menular karena pemerintah mengizinkan pemakaian darah yang
terkontaminasi, pemalsuan obat-obatan, pengangguran, pekerja yang tunawisma,
dan lain-lain.
Kondisi
diatas menggambarkan betapa organisasi
bisnis dikritik oleh publik. Namun demikian, kita sangat berhutang banyak
kepada organisasi bisnis tersebut, yang telah melengkapi kita dengan berbagai
produk barang dan jasa dan memberikan kita kesempatan untuk menggunakan bakat, pengetahuan dan kemampuan lainnya. Ia juga memberikan
kontribusi yang besar terhadap kehidupan ekonomi dan peningkatan standar
kehidupan yang tidak dapat dibayangkan tanpa adanya organisasi bisnis.
Perkembangan yang luar biasa yang ada pada obat-obatan, pendidikan dan
teknologi merupakan hasil yang diperoleh dari organisasi bisnis. Namun beberapa
harapan kini sering terdengar sehubungan dengan ‘kehilangan kepercayan
masyarakat terhadap nilai-nilai dasar
dari ekonomi hari ini, dan bahwa kita memerlukan lahirnya kembali nilai
spiritual dalam kepemimpinan industri’. Pertanyaannya adalah, apakah industri memerlukan suatu agama baru atau semacam orang yang lebih baik dari masa
sebelumnya (Ohmann,1989).
Untuk alasan
inilah, muncul kesadaran baru bahwa prinsip-prinsip etika mesti mengatur dan
mengendalikan keputusan yang diambil para pemimpin bisnis, dan sekolah mesti
menjadikan pembentukan karakter sebagai
bagian inti dari misi mereka.
Seorang manajer, tidak cukup
hanya pintar, cerdas dan berjiwa industrial, karena studi telah membuktikan
bahwa meskipun syarat diatas telah terpenuhi, namun ia dapat saja tidak efektif
jika arrogant, tidak dapat dipercaya,
emosional, pendendam, egois, dan kasar (Hogan, Curphy, & Hogan, 1994).
Banyak hasil
sampel dan studi sekarang menunjukan pentingnya moral pemimpin baik dalam
organisasi maupun dalam masyarakat. Dalam konteks itulah kita mendiskusikan
gejala kepemimpinan dan dimensi etika, sebab baik atau buruk, pemimpin
organisasi adalah agen perubahan yang penting dalam organisasi.
No comments:
Post a Comment