Sunday, March 17, 2013

etika dan kepemimpinan



ETIKA DAN KEPEMIMPINAN
Apakah  ada  krisis dalam etika bisnis? Pertanyaan ini mempunyai beragam jawaban. Namun yang pasti paling tidak terdapat satu etika yakni malaise. Malaise adalah tubuh yang mengalami gangguan keharmonisan, namun tidak terlihat satupun tanda-tanda penyakit. Dalam krisis, penyakit kelihatan dengan jelas menciptakan kondisi yang berbahaya. Namun malaise tidak dapat dipungkiri, karena manusia baik  individu, maupun berkelompok dalam  suatu organisasi,menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kejujuran, ataupun loyalitas, tidak lama lagi akan menjadi krisis etika.
Hari ini kita telah memasuki kondisi tersebut. Setiap hari media selalu memberitakan pelanggaran etika perilaku organisasi oleh para pemimpin  organisasi bisnis. Orang-orang beranggapan bahwa dalam bisnis yang penting adalah keuntungan (profit), meski untuk memperolehnya melanggar  etika. Pendidikan bisnispun telah banyak dipengaruhi oleh etika malaise. Seperti dijelaskan dalam buku ini, bahwa perilaku mementingkan diri sendiri menjadi nilai yang di anut oleh mahasiswa bisnis.
Oleh karena itu, sangatlah beralasan, jika masyarakat mengharapkan  perobahan yang banyak dari organisasi dan sekolah bisnis. Para pemimpin organisasi dan lembaga tersebut mendapat amanah untuk merealisasi tuntutan tersebut. Karena kepercayaan, nilai, visi, dan aksi yang dilakukan oleh pemimpin  menjadi standar etika dalam suatu organisasi.
Sejak dulu, dalam literatur kepemimpinan  khususnya kepemimpinan organisasi bisnis, telah mengabaikan unsur etika, dan mengedepankan  kepentingan pribadi (individualistic concern). Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam buku ini, bahwa kesatuan hidup (unity of life)  merupakan prinsip dasar yang mesti mengatur perilaku manusia. Hal tersebut terlihat melalui pendekatan dan ulasannya, serta berbagai isu yang di jelaskan diarahkan pada studi dan penelitian lebih lanjut tentang moralitas kepemimpinan.  (Rabind N. Kanungo and, Manuel Mendonca).
Tidak dapat disangkal bahwa keberadaan organisasi  telah ada bersamaan dengan adanya manusia.  Diri dan kebutuhan manusia merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan organisasi. Berbagai macam organisasi muncul dalam masyarakat, yang masing-masing berusaha untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa para anggota dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Organisasi tersebut berbentuk keluarga, lembaga pendidikan, lembaga agama, ekonomi,  dan politik.
Unsur utama dari organisasi adalah manusia beserta nilai-nilai dan kepercayaannya. Mereka membentuk organisasi untuk mencapai dan menyelaraskan kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut olah masyarakat. Organisasi zaman sekarang sudah banyak berbeda dengan zaman dahulu. Tapi semuanya mempunyai tujuan yang sama yakni untuk mencapai kehidupan yang lebih baik melalui program pembangunan yang ditetapkan.
Dalam organisasi tersebut, kita mengenal ada pimpinan dan ada bawahan.  Pemimpin dibutuhkan  untuk menentukan arah, pengawasan, dan menentukan fungsi-fungsi tertentu  dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tanpa pemimpin, suatu organisasi akan terapung-apung dan terombang-ambing dalam gejolak lingkungannya. Oleh karena itu, maka penelitian tentang kepemimpinan, yang berkaitan dengan orientasi dan prosesnya, merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat untuk dilakukan oleh pelajar dan praktisi manajemen.
Kebutuhan akan etika dalam kepemimpinan, terkadang hanya dipandang sebagai tunutan organisasi keagamaan dan pendidikan , sementara bagi organisasi bisnis yang terpenting adalah keuntungan. Karena ketika etika dipaksakan pada organisasi bisnis, itu akan melahirkan ketidak-efisienan dalam organisasi. Bagaimana halnya dengan organisasi pemerintahan atau yayasan?
Menanggapi hal tersebut, maka penting kiranya untuk memperhatikan pandangan Aristoteles dalam bukunya ‘politic’. Beliau menyatakan, bahwa negara itu ada untuk menyediakan hukum dan aturan, tetapi dilanjutkan dengan  demi untuk hukum, aturan dan perilaku yang baik. Alasan utama (raison d’etre) hadirnya suatu organisasi – struktur, norma, mekanisme dan kegiatannya- adalah untuk mendukung kebaikan dan sesuai dengan nilai yang agung (highest excellence).
Saat ini, di berbagai media  dilaporkan berita penyuapan terhadap pemerintah, moralitas jelek diantara pemimpin bisnis,  lingkungan yang penuh polusi,  virus AIDS yang menular karena  pemerintah mengizinkan pemakaian darah yang terkontaminasi, pemalsuan obat-obatan, pengangguran, pekerja yang tunawisma, dan lain-lain.
Kondisi diatas menggambarkan  betapa organisasi bisnis dikritik oleh publik. Namun demikian, kita sangat berhutang banyak kepada organisasi bisnis tersebut, yang telah melengkapi kita dengan berbagai produk barang dan jasa dan memberikan kita kesempatan untuk menggunakan  bakat, pengetahuan dan  kemampuan lainnya. Ia juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kehidupan ekonomi dan peningkatan standar kehidupan yang tidak dapat dibayangkan tanpa adanya organisasi bisnis. Perkembangan yang luar biasa yang ada pada obat-obatan, pendidikan dan teknologi merupakan hasil yang diperoleh dari organisasi bisnis. Namun beberapa harapan kini sering terdengar sehubungan dengan ‘kehilangan kepercayan masyarakat  terhadap nilai-nilai dasar dari ekonomi hari ini, dan bahwa kita memerlukan lahirnya kembali nilai spiritual dalam kepemimpinan industri’. Pertanyaannya  adalah, apakah industri  memerlukan suatu agama baru  atau semacam orang yang lebih baik dari masa sebelumnya (Ohmann,1989).
Untuk alasan inilah,  muncul kesadaran baru bahwa  prinsip-prinsip etika mesti mengatur dan mengendalikan keputusan yang diambil para pemimpin bisnis, dan sekolah mesti menjadikan pembentukan karakter sebagai  bagian inti dari misi mereka.  Seorang manajer,  tidak cukup hanya pintar, cerdas dan berjiwa industrial, karena studi telah membuktikan bahwa meskipun syarat diatas telah terpenuhi, namun ia dapat saja tidak efektif jika  arrogant, tidak dapat dipercaya, emosional, pendendam, egois, dan kasar (Hogan, Curphy, & Hogan, 1994).
Banyak hasil sampel dan studi sekarang menunjukan pentingnya moral pemimpin baik dalam organisasi maupun dalam masyarakat. Dalam konteks itulah kita mendiskusikan gejala kepemimpinan dan dimensi etika, sebab baik atau buruk, pemimpin organisasi adalah agen perubahan yang penting dalam organisasi.

No comments:

Post a Comment