Monday, April 15, 2013

Merespon Globalisasi Pendidikan



Pada awal kemunculanya, istilah ini lebih di apresiasi sebagai gambaran yang melukiskan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, dimana orang dapat berkomunikasi dan memperoleh informasi dari belahan bumi manapun, tidak peduli berapa jaraknya, dalam waktu yang singkat, dengan bantuan alat komunikasi satelit, telepon, handphone, dan internet. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, dibidang lain yakni perhubungan dan angkutan, terjadi penemuan teknologi angkutan yang canggih dalam bentuk kereta-api, kapal laut atau kapal udara. Hal ini mendorong mobilitas manusia dan barang menjadi lancar dan cepat, sehingga arus lalu lintasnya menjadi cepat dan lancar pula. Ini mendorong lembaga perdagangan untuk melakukan perdagangan lintas negara. Dalam kondisi seperti ini dunia terasa menjadi  sempit. Gambaran dunia mini yang sebelumnya menjadi alat peraga atau pelengkap/aksesoris meja eksekutif, yakni ‘globe’ hadir secara real.
Kini, Globalisasi bukan lagi merupakan suatu pilihan untuk bergabung atau tidak bergabung. Tetapi, Globalisasi adalah suatu fakta yang mengikat semua bangsa dan negara di dunia untuk tergabung menjadi satu. Dalam konteks Globalisasi, maka hanya ada satu dunia. Ini berbeda dengan era sebelumnya, yakni Perang Dingin (Cold War). Perang dingin membagi dunia menjadi dua sub-sistem, yakni sistem yang menganut sosialisme-komunisme sebagai Ideologi, dan sistem yang menganut kapitalisme sebagai ideologi.[1] Dan dalam kondisi seperti itu, beberapa bangsa masih mendapatkan pilihan lain untuk tidak masuk kedalam salah satu Blok tersebut, yakni negara-negara anggota Gerakan Non-Blok (GNB).
Sekarang, setelah runtuhnya tembok Berlin, dan runtuhnya Uni-Sovyet, maka berakhirlah era Perang Dingin (Cold War) yang diikuti oleh hancurnya sistem internasional yang mendukungnya. Sebagai penggantinya adalah Globalisasi sebagai satu-satunya sistem Internasional. Dan ideologi yang masih eksis di tengah sistem ini adalah Kapitalisme, yang mendukung lahirnya pasar bebas, pasar tunggal dunia, penghilangan larangan dagang dan tarif antar negara. Tidak ada sistem lain yang mengatur tata pergaulan dunia sekarang kecuali sistem Globalisasi.
 Dibidang pendidikan, penemuan teknologi komunikasi dan informasi tersebut memberikan sumbangan yang luar biasa. Karena dengan kehadiran teknologi dan penerapannya di bidang pendidikan, ia telah melahirkan momentum revolusi ke-4 di bidang pendidikan.[2] Revolusi keempat ini ditandai dengan proses kegiatan pembelajaran terbuka dan jarak jauh (open and distance learning) dengan alat bantu telepon dan atau internet. Pada era ini orang dapat memperoleh informasi  dan pengetahuan dari manapun hanya dengan membuka web-site tertentu dan melakukan search engine.
Seperti diketahui, bahwa pada revolusi yang pertama di bidang pendidikan, ditandai dengan peristiwa dimana orang tua mulai mendelegasikan tanggung jawab mendidik anaknya kepada guru di sekolah, disini proses belajar-mengajar berpindah dari rumah (orang tua) ke sekolah (guru). Pada revolusi kedua ditandai dengan ditemukannya bahwa tulisan, sehingga pembelajaran tidak bersifat oral semata. Dan pada revolusi ketiga ditandai dengan ditemukannya  mesin cetak, sehingga memungkinkan pengetahuan ditulis, dan siswa atau anak didik mulai dapat belajar mandiri dengan menggunakan buku sebagai sumber belajar.[3]
Bersamaan dengan terjadinya Revolusi ke-4 dalam pendidikan secara Internasional terjadi upaya untuk mempermudah interaksi dan transaksi perdagangan. Hal ini dilakukan dengan membuat perjanjian dan kesepakatan kerja sama dibidang tarif dan anti dumping. Tujuannya adalah mempermudah mobilitas perdagangan antar negara tanpa di dihalangi oleh peraturan pemerintah suatu negara yang mengikat (restricted). Output dari upaya tersebut adalah penandatanganan dan pemberlakuan WTO, AFTA, dan  APEC.
Dalam konteks perjanjian perdagangan dunia yang tercakup dalam WTO (world trade organization), maka ada dua macam kesepakatan utama, yakni kesepakatan tentang perdagangan dan tarif, serta tentang jasa. Bentuk kesepakatan  yang pertama tertuang di dalam agenda GATT (general agrement on trade and tariff); sementara bentuk kesepakan yang kedua tertuang di dalam GATS (general aggrement on trade and service).
Kehadiran WTO, dan lembaga-lembaga kerjasama multi lateral, serta piranti teknologi seperti telepon, dan komputer menjadi instrumen dari globalisasi. Ia mempengaruhi secara dan radikal seluruh aspek dan sistem kehidupan manusia. Salah satu aspek kehidupan yang tidak luput dari pengaruh globalisasi adalah pendidikan.
Lembaga pendidikan akan mengikuti bentuk lembaga bisnis, industri dan perdagangan. Multi National Corporation, bukan hanya ada dalam bidang perdagangan dan industri tetapi juga akan ada di bidang pendidikan. Hal ini tentu dengan berbagai hambatan, dan permasalahan yang melingkupinya.


[1] Thomas L. Friedman,  The Lexus and The Olive Tree,  (New York, Farrar Straus Giroux, 1999),  p. 93.
[2] Dr. Arief  S. Sadiman,  Technology in Education, (Proceedings the Third Symposium on open learning, Bali, 1997), p. VI-5
[3] Ibid. 

No comments:

Post a Comment